Kepada Dilan.
Halo,
kamu.
Sesosok
manusia yang selalu,
Saja
mampu,
Membuat
aku rindu.
Entah
bagaimana aku mengungkap ini,
Berbagai
debar yang ada di hati.
Dan entah
bagaimana pula,
Aku bisa
mengungkap rasa,
Tentang
senang setiap kamu ada,
Tentang
cita yang kamu cipta.
Ah,
kembali terngiang,
Bagaimana
kamu menghampiriku setiap siang,
Menjagaku
agar tetap riang dan senang,
Serta mungkin, agar tidak hilang?
Entah itu
hujan, berawan, terutama saat cerah,
Aku
selalu ada di atas motormu itu.
Sehabis
sekolah,
Demi
pulang berdua denganmu.
Untuk semua
kesalahan-kesalahan dulu,
Maafkan aku.
Bukan maksudku menyakiti, bahkan mengecewakanmu.
Semoga aku
sudah mendapat maafmu.
Meski begitu,
Berkat kesalahan-kesalahan itu,
Aku menjadi tau,
Betapa sungguh
kamu mencintaiku dulu.
Terima kasih.
Dilan,
aku rindu.
Pada
rayuanmu untuk mendapatkanku.
Pada
sapamu untuk menghiburku.
Pada
gelenyar ciptaanmu.
Kamu
bukan siapa-siapa,
Namun
selalu mampu buat aku menjadi wanita,
Paling
istimewa, serta bahagia,
Di dunia.
Denganmu
gembiraku nyata,
Selalu
bisa aku lontar dalam tawa,
Atau
bahkan pada hening yang kita cipta berdua,
Pokoknya,
bersama.
Kamu tau?
Kata-kata
ku selalu habis jika dipakai untuk mengenangmu.
Maka,
Biarkan
kesederhanaan cinta,
Menjadi
milik kita,
Berdua
saja.
Tapi
sungguh,
Aku
rindu.
Dimana,
kamu?
(source: google.com)
—kepada Dilan, jika aku Milea.
Komentar
Posting Komentar