Nenek Renta.

Nenek renta itu selalu ada disana.
Duduk dengan tenang di depan pintu rumahnya.
Yang berada pada atas trotoar jalan raya.

Iya selalu duduk sendiri,
Entah untuk apa.
Namun selalu mampu menularkan damai,
Entah damai karna apa.

Sudah lama aku memperhatikan nenek yang duduk di samping jalan raya,
Di depan pintu rumah yang berada di atas trotoar.
Aku menyimpan begitu banyak tanya,
Terutama mengenai kerutan yang sama sekali tidak menyamarkan tegar.

Pukul delapan, aku masih berjalan.
Lagi-lagi melewati rumah si nenek di jalan raya.
Aku mengumpulkan keberanian,
Demi melirik dan melempar senyum padanya.

Aku semakin dekat!
Rumah itu semakin terlihat.

Nenek renta itu masih ada,
Masih duduk dengan ketenangannya,
Aku lanjutkan berjalan menujunya,
Lalu tersenyum padanya.

Ia membalas senyumku begitu ramah,
Seketika konsentrasiku terpecah.

Nenek renta ini akhirnya memberiku pengertian.
Mengenai damai yang akhirnya kini terjelaskan.
Bukan, bukan ini bukan tentang kebahagiaan, pun kesedihan.
Lewat senyumnya, nenek renta bercerita tentang harapan.

Betapa ia duduk di pinggir jalan raya agar tidak termakan sunyi,
Di dalam rumahnya sendiri.

Betapa ia duduk di depan pintu menahan rindu,
Menunggu anak dan cucu.



(source: 4091997.tumblr.com)

Komentar

much related

Kenapa Kita?

Bertemu.

A Chapter.