Dinding Tinggi

Aku bangun dinding begitu tinggi,
Yang aku tata dengan tatih sendiri.
Aku buat menjadi sangat indah,
Agar lupa pada perihal gundah.

Aku tempel paku pada setiap sisi,
Aku tancap tiang pada setiap sudut,
Hingga aku lupa pada semua sepi,
Sampai sudah tiada lagi kemelut.

Terasa sendiri,
Meski tidak terisi sunyi.

Aku tertawa di balik dinding,
Tanpa seorang pun mengetahui.
Tidak lagi ku dengar bising,
Atau apapun itu yang mengusik diri.

             Lalu,
Tanpa aba-aba,
Tanpa ancang-ancang,
Bahkan tanpa kabar apa-apa,
Dinding tinggiku pecah.

Dari balik dinding,
Aku terkejut.
Terseok kembali menata puing,
Berdiri dengan takut-takut.

Ada apa?



Kamu rapuhkan apa yang aku rapihkan.
Kamu lingkup dengan begitu lengkap.
Kamu rangkum semua ruang.
Kamu satukan ingin dan angan.

Lalu, satu menjadi dua,
Lantas, sendiri menjadi kita.



Sayang, dindingku belum rubuh sempurna.
Belum mampu aku genapkan percaya.
Jika kamu pergi tanpa kabar berita,
Sungguh aku tak apa.

Maka sebelum aku menjadikan mu rumah,
Pergilah.
Yang jauh,
Yang sungguh.

Jangan kembali,
Aku tidak cukup peduli.
Dindingku sudah hampir tinggi,

Untuk kemudian kamu robohkan sekali lagi.

(source: tumblr.com)


Komentar

much related

Kenapa Kita?

Bertemu.

A Chapter.