Ras, rindu.

Kepada kamu, yang masih dijagakan Tuhan.


Hai!

Entah kapan kamu akan membaca ini. Tapi segera, ya! Semoga.

Hidupku sebelum hadirmu sudah baik, sudah cukup bahagia. Tinggal kamu lengkapi saja dengan berbagai pikiran dan perilaku mu nanti.

Saat ini aku benar-benar menikmati sendiri yang sedang aku jalani. Emosi ku tidak tergantung pada satu orang, khawatirku aman tersimpan baik, tidak perlu dikeluarkan untuk seseorang. Aku menjalani sendiri ku dengan senang.

Hingga rasanya, aku sebenarnya begitu takut sendiri ku yang tenang ini terusik. Rasanya aku terlalu lelah jika harus menggantungkan emosi ku pada satu orang, jika harus membagi-bagi khawatir untuk satu orang.

Aku sudah cukup nyaman seperti ini. Menyimpan hati untuk diri sendiri. Tidak harus berbagi.

Maka dari itu, jika pada akhirnya kamu membaca ini, maka percayalah, aku sudah memperjuangkan kamu dalam diam dan acuhku kemarin.

Maka percayalah, aku sudah sepenuhnya mengusahakan yakinku untuk aku beri seutuhnya pada kamu.

Aku sudah mempercayakan emosi ku untuk mu.

Aku tidak meminta apa - apa selain, tolong jangan pernah buat aku khawatir.

Kamu tidak akan tau, apa yang ada di kepala ku ketika aku sedang mengkhawatirkan kamu.

Jika kamu benar menyayangiku, cukup buktikan jangan pernah membuat aku mengalami hal buruk seperti mengkhawatirkan kamu.

Setelah membaca ini, cium kening ku, ya!

Doa ku tidak pernah berhenti agar aku segera dipercaya Tuhan untuk sementara menggantikan-Nya, dalam hal menjaga kamu.

Selamat bahagia, kita!

***

Ras, aku kembali membuka surat pertama mu yang kertasnya sudah begitu lapuk. Ini tahun kelima isi hatimu aku simpan. Aku masih ingat betul, bagaimana perasaan ku ketika akhirnya kamu mau membiarkan aku masuk ke dalam hidup mu. Indah, Ras.

Sekarang, kamu dimana?

Mungkin aku, masih sering membuatmu khawatir sehingga kamu akhirnya memilih pergi?

Ras, air mata ku tidak pernah tidak mengalir setiap membaca kalimat demi kalimat yang kamu tulis menggunakan tinta dengan warna kesukaan mu ini. Setiap kata yang aku baca, benar-benar mewakilkan perasaan ku saat pertama kali kamu memberikan ini padaku. Lagi – lagi, indah Ras.

Sekarang, kamu sedang apa?

Mungkin aku, yang masih belum bisa menjaga emogi mu sehingga kamu akhirnya memutuskan menyerah?

Ras, rasa bersalahku tidak pernah berhenti mengalir setiap aku membaca isi hati mu. Kamu sudah memperjuangkan yakinmu untukku, lalu yang aku beri? Hanya kecewa, Ras.

Sekarang, mau kah kamu memaafkan aku?

Mungkin aku, belum cukup membahagiakan kamu hingga akhirnya kamu menetap pada satu keputusan untuk tidak bertahan?

Entah, lah.

Ras, aku rindu.

Aku sayang.

Tapi sudahlah. Bukan maksudku ingin bersama dengan mu lagi.

Aku hanya ingin sedikit mengenang bahwa pernah ada perempuan yang begitu indah hadir di hari-hari dua tahun lalu.


Ras, rindu.

(source: tumblr.com)

Komentar

much related

Kenapa Kita?

Bertemu.

A Chapter.