Ketika.


Ada masanya, ketika segalanya terasa baik-baik saja, tapi tidak.
Kamu tidak merasa segalanya baik-baik saja.
Ada yang salah, sesuatu, yang kamu pun tidak mengerti apa.

Ada masanya, ketika kamu merasa sendirian, tepat ketika di sekitarmu adalah mereka yang selama ini menemanimu berjuang.
Bukan, bukan salah mereka. Mereka ada, mereka selalu ada.
Tapi rasa sendiri mu tidak juga hilang, entah kenapa.

Ada masanya, ketika berbagai pertanyaan kehidupan datang menyerang.
Dan, tentu, kamu tidak memiliki jawaban.
Lalu kamu hanya ingin diam, merenung sebentar, merenungi berbagai pilihan dan keputusan yang sudah kamu buat.
Namun tidak, sang waktu tidak memperbolehkannya.
Kamu dibuat berpikir, merenung, sekaligus sambil mengerjakan bagian dari pilihan yang sedang kamu renungi itu.
Adakah yang mampu kamu salahkan? Tentu tidak.

Ada masanya, ketika ragu mulai menghantui pilihan dan keputusan.
Ketika berbagai pertimbangan mulai masuk ke dalam pikiran.
Adakah yang mampu dijadikan tempat bertanya?
Tanpa embel-embel mimpi,
Embel-embel moral,
Embel-embel keharusan, kewajiban.
Murni hanya tentang aku, aku, dan aku.

Ada masanya, ketika pilihan menyerah saja begitu dekat di depan mata.
Ketika lelah yang menguasai,
Ketika ragu tanpa ada yang meyakini,
Ketika perihal ingin menjadi tuntutan, bukan lagi mimpi.
Godaan setan apa lagi?

Ada masanya, ketika kamu ingin berhenti saja.
Sejenak, sesaat.
Berhenti dari segala yang sedang kamu kerjakan,
Kamu pikirkan,
Kamu tuliskan.
Lalu pergi, sebentar.

Ada masanya, ketika kamu merindukan mereka yang biasa diajak berbagi.
Tapi untuk mendekati, sayang, mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Untuk sekedar berkeluh kesah pada mereka yang tentu lebih lelah, pun, aku tidak sampai hati.

Ada masanya, ketika sendiri benar-benar menjadi teman.
Yang, entah, lama-lama membuatmu nyaman.

Ada masanya, ketika putus asa mendekati nadi.
Hampir mengalir di arteri.

Ada masanya, ini bukan tentang apakah semuanya baik-baik saja.
Bukan apakah kamu sendirian atau tidak.

Ada  masanya, ketika ini tentang harap yang sebenarnya tidak berbatas.
Tentang sesuatu yang dipaksa lepas.
Tentang hati yang membutuhkan ikhlas.



(source: weheartit.com)

Komentar

much related

Kenapa Kita?

Bertemu.

A Chapter.