Tentang Mimpi


Whats up?!

Well, it’s been awhile...

Saat ini gue lagi duduk sendirian (sambil nungguin mamah meeting) di sebuah coffee shop yang sebenernya gue suka banget kopinya tapi somehow gue jarang kesini. Karna tempatnya yang emang ngga ada di jangkauan gue, sih. Hahahaha. Gue duduk di sebelah jendela besaaaar banget, gue bisa liat jalan raya di sebelah gue. Ruangan ini penuh asap rokok, tapi jujur gue suka wangi asap rokok. HAHAHA. Bahkan dulu sewaktu kecil, i thought i’m going to be a smoker. Ya sepertinya karna memang dari kecil gue udah akrab banget sama rokok. Hampir semua anggota keluarga gue (inti maupun besar) perokok, sih. Jadi dulu gue berpikir perempuan ngerokok itu ngga masalah, (because my mom and my auntie did so), well, emang ngga bermasalah sih. Tapi dulu gue ngga tau kalo ada stigma-stigma masyarakat yang muncul kalo cewek perokok itu....ya, you name it, lah.

Sedikit tentang rokok, jujur gue ngga suka (BANGET) sama orang yang menilai cewek perokok itu ngga baik. Gue beberapa kali denger cowok nyari cewek yang bukan perokok, atau cowok yang ngelarang pasangannya ngerokok, atau cowok yang clearly stating mereka ngga suka cewek ngerokok. Like, why? Apalagi kalo cowok itu ngerokok juga. Kita semua harus terima lo yang perokok tapi lo ngga suka kalo ada cewek ngerokok? Kok lucu?

Well, wait. I’m not a smoker, btw. Bukan karna stigma itu sih, tapi karna...gue pernah mencoba dan ya, ternyata rasanya ngga seenak yang gue pikir HAHAHA. So i decided to not smoking. Mungkin kalo rasanya enak, I will. :P yet i still think someday i’d be one of those smoker, who knows?

Kay, that’s enough about cigarattes. Let’s talk about life.

Kehidupan akhir-akhir ini sedang menyenangkan. Gue sekarang kerja di perusahaan consultant yang bergerak di bidang organizational development. Main job gue saat ini adalah mendampingi coach yang di-hire oleh pihak kantor. Terus gue harus bantu reminder manajer-manajer dari sebuah perusahaan yang lagi jadi klien kantor gue. Dalam mendampingi coach, bersama si coach gue harus ketemu para manajer, mendengar mereka berkeluh kesah, mendengar perkembangan tentang goals kerjaan mereka, serta mengikuti meeting weekly mereka terkait the goals’ progress.

Sounds boring?

I also think the same! (AWALNYA). Apalagi gue yang ngga pernah kepikiran bakal kerja sebelum kuliah S2. (iya, mimpi gue yang itu belum ada kesempatannya, guys). Dan gue juga sempet mikir gue sama sekali ngga ada passion untuk kerja di corporate. Mengikuti office hours yang ajeg. But then, life always surprises you, right?

Ternyata gue bisa juga menemukan kenyamanan gue ada di kerjaan ini. Bosan itu pasti kalo kata Ayudia, tapi bukan berarti harus berhenti, kan?

Kita mundur sebentar jauh ke beberapa tahun lalu, dimana gue menentukan mimpi untuk jadi seorang psikolog, dan mulai bikin timeline tentang mimpi gue itu. Pada masa itu, ketika gue akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang psikolog, lebih didasari karna gue menyadari gue suka mendengar. Saat itu banyak banget temen-temen gue yang curhat ke gue, dan gue sadar, i love to listen people tell their stories. Gue bisa mendapat banyak hal dari mendengar, terutama pelajaran kehidupan yang bisa gue gunakan untuk hidup gue sendiri, tanpa harus benar-benar ngerasain hal itu.

Gue selalu berdoa bisa menjadi psikolog biar gue bisa mendengar orang, bisa membantu kehidupan orang lain dengan cara mendengar. Dan ketika kemarin gue interview-interview untuk seleksi program S2, gue selalu bilang “karna saya suka mendengar orang lain” sebagai alasan gue ingin menjadi psikolog.

Gue mengikuti 3 seleksi, dan di ketiganya gue gagal dalam tahap interview. Sedih? Pasti. Menyerah? Hampir! But then, gue ngga mungkin nyerah untuk mimpi yang gue perjuangin selama kurang lebih 8-9 tahun ini cuma karna 4 bulan (proses seleksi) kemarin, kan? Bahkan gue sempet ngerasa gue bisa ada disini, hingga saat ini, karna gue berpegang teguh sama mimpi gue itu. Mungkin, kalo gue hidup tanpa mimpi itu, gue bukan Tebil yang sekarang. Banyak sekali hal yang akan “menggoda” dan mungkin menyebabkan gue terlambat dalam pendidikan.

Back to right now, inget main job gue? Iya, gue mendampingi coach yang harus visit manajer every day. Terus kita akan mendengar mereka bercerita, mengeluh, dan lain-lain.

Cant you get the point?

M E N D E N G A R.

Gue dituntut untuk mendengar para manajer itu. Which means itu adalah hal yang sama sebagai dasar gue ingin menjadi psikolog. Memang, sekarang gue mendengar bukan dalam ranah klinis seperti praktisi psikolog. But at least, gue sedang menjalani bagian lain dari mimpi gue, right?

Dalam titik itu gue tersadar, Allah benar-benar mendengar doa hamba-hambaNya. Dia ngga pernah ngga mendengar hambaNya. Dia dengar, Dia sadar, dan Dia kabulkan.

Dan hal itu justru bikin gue semakin ingin lagi menjadi psikolog, semakin giat lagi untuk mengejar mimpi gue. Karna gue bener-bener menyadari, gue sangat-sangat-sangat suka mendengar. Ditambah, gue bertemu orang-orang keren setiap harinya, yang (mungkin) sudah berhasil mencapai mimpi mereka. Sumpah, melihat, mendengar, dan ada di di sekitar orang-orang yang bekerja di passion mereka, atau at least mereka berusaha serius dengan bidang mereka saat ini, really spreading lots of positive vibes! I got inspired every-single-day!

Akhir kata, dengan tulisan gue hanya ingin menyampaikan, keep living your dream.

And, i always believe that universe speaks. Saat gue menyadari ini semua, adalah ketika gue lagi jalan kaki sore-sore, tiba-tiba aja gue sadar kalo apa yang lagi gue lakukan sama dengan apa yang gue inginkan (meski dalam bidang yang jauh berbeda).

In that kind of moment, that was when universe spoke to you.

Jadi, coba lah untuk berhenti sebentar dari apa pun yang lagi kalian kerjakan. Coba untuk komunikasi sama alam, deh. Coba bertanya, dan biarkan mereka menjawab. In some point of silent, you can hear them whispering to you.

Selamat mencoba!

Dari yang tetap berusaha,
Tebila<3


(Source: weheartit.com)

Komentar

  1. Semasa dibiarkan membunuh sepi, Serasa diberikan peluluh hati'.
    Ps: Siapjdpenyimak:p

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAAA dibaca pandut jadi malu akuuu

      Hapus

Posting Komentar

much related

Kenapa Kita?

Bertemu.

A Chapter.