Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Antara Tawa dan Kita

Gambar
Di antara triliunan partikel angkasa, Di antara milyaran manusia, Di antara jutaan pasang mata, Di antara ribuan rasa, Dan antara ratusan jenis bahagia; Mengapa hati selalu berpihak padanya? Kepada yang sudah membuat tertawa, Sebelum aku benar – benar mengerti apa itu kita. (source: weheeartit.com)

Bisikan Kecewa

Gambar
Hari ini ia kehilangan arah. Meski ini kali kesekian ia mengalami luka tanpa darah; Tidak ada yang berubah; Tangisnya tetap pecah. Namun ia tetap bersyukur; Kasih sayang Tuhan tetap mengalir tanpa kenal ukur. Satu pertanyaan muncul, Salahkah mempertahankan mimpi? Meski dukungan tidak pernah bosan diberikan, Bukankah sudah saatnya untuk tahu diri? Kesempatan untuk membanggakan dengan cara yang mereka inginkan, Sudah terlewat bertahun-tahun yang lalu, lantas, lanjutkan, Atau, pasrahkan? Ia kembali meminta; agar dijgakan bahagia mereka, Hingga ia mampu mengantar bentuk bahagia di tangannya, Sebagaimana apa yang mereka inginkan. Setidaknya, hilang arahnya memberi tujuan; Luka tanpa darahnya memberi pengertian; Kecewa tidak identik dengan terjatuh, Kecewa bisa menjadi cambuk untuk berjuang lebih penuh. (source: weheartit.com)

Untangled Me.

Gambar
The moon is so bright, As you hold me tight, I can’t help my mind— I want you this time. Then when I pull you even closer, And moon get brighter, I just know we can’t get farther, Because you’re not my real lover. We slipped; We wished. Untangled me, dear. Don’t joke me with forever,  — We don’t even belong to each other (source: weheartit.com)

Aku Rindu

Gambar
Aku pernah, percaya bahwa cinta mampu menyembuhkan luka. Untuk kemudian aku buktikan sendiri, justru cinta yang menebar luka pada hati. Jangan bilang cinta membawa bahagia, Tanpa cinta pun, aku sudah punya tawa. Ajarkan, bahwa setia masih ada.                                 Karna, bagaimana hari ini aku percaya jika kemarin hanya ada kecewa? Jangan jatuhkan aku pada cintamu, Namun jatuhkan aku pada dirimu,                                                                keberadaanmu,  ...

Rindu dan Waktu

Gambar
“Tentang hujan yang selalu memberi damai tanpa terjelaskan, Tentang laut lepas yang selalu membuatku berpikir mengenai batas, Tentang malam pekat yang selalu menuntunku pada abadi sesaat, Tentang ratusan bahkan ribuan angan juga kenangan, Tentang manusia yang selalu dipenuhi oleh kecewa dan bahagia, Tentang hati yang dibuahi harap serta mimpi, Dan lalu— Tentang aku, kamu, yang berkejaran dengan waktu, serta rindu. “ “Indah, Ta.” Suara kamu lagi terngiang di pikiranku. Saat tadi kita sedang duduk berdua di lantai 3 rumahku, menatap langit yang sudah menjadi kebiasaan kita. Kamu secara tiba-tiba bertanya, tepat setelah kamu melepas tautan bibir kita; “Kalo aku lagi meluk kamu, nyium kamu, kamu mikir apa?” Kemudian aku menuliskan puisi itu di atas kertas selembar, dan memberikannya ke kamu. Pikiranku melayang jauh setiap kali kita bersama, sayang. Karna bersamamu tidak pernah bisa benar-benar bersamamu. “Tapi, banyak banget mikirnya. N...

Sick.

Gambar
I’m dancing to your music, Even sometime it feels sick. I’m singing to your songs, Even sometime it feels wrong. I’m reading your rhymes, Even sometime it feels like lies. Baby, this is sick. Why we still stick? This is wrong, Why we still holding on? All of these are lies, I can see it through your eyes. Baby, we need to leave— This grief. But how can we live? Without each other’s kiss. You say everything is fine, You also said it last time. I know it was a lie, When you said everything is okay. Yet, That’s alright.                 I believe in that again, I   Still        Need     You,         Anyway. (source: weheartit.com)

Sebuah Majas.

Gambar
Daun-daun itu jatuh terbawa angin, hanya mampu mengikuti alurnya saja. Tidak bisa berbuat apa-apa. Daun-daun itu bahkan tidak tau akan dibawa kemana, setelah terlepas begitu saja dari ranting-ranting pohon yang selama ini mengikat mereka. Mengikuti desauan angin, hanya terus mampu begitu. Setelah ini, kemana? Tanya salah satu daun pada daun yang lain. Namun diam, tidak ada jawaban. Atau, tidak ada yang mampu menjawab. Karna ketidaktauan yang sama dimiliki oleh mereka. Kemudian lagi-lagi angin meniup mereka, hingga ada yang terpisah. Begitu jauh dari teman-temannya. Daun yang tadi bertanya, ialah yang terpisah begitu jauh. Sementara teman-temannya sudah mulai menyentuh tanah, ia justru semakin tinggi melambung ke angkasa, terbawa entah kemana. Daun itu berkelana begitu jauh, setiap akan menyentuh tanah, maka angin akan kembali meniupnya hingga ia kembali terbawa. Bila daun itu bisa meminta, ia lebih memilih untuk berhenti untuk beristirahat saja. Ia lelah, ...

Kepadanya; Maaf

Gambar
Gadis itu diam terbelenggu. Ragu, terus saja menderu, Menggerus hatinya, menambah pilu. Lidahnya kelu, mengucap apapun ia sudah tidak mampu. Di sekelilingnya, Mereka menggemakan tawa. Yang kerap gadis itu lakukan juga, Meski tidak menikmatinya. Tidak ada yang mampu mendengarnya, Bahwa ia menangis tanpa suara. Orang-orang itu tidak mampu sabar, Justru menambah gentar. Orang-orang itu tidak pernah sadar, Ada getir dalam tawa yang bergetar. Asik dengan asumsi, Tanpa berusaha mengerti. Sibuk dengan kesimpulan yang dibuat sendiri, Tanpa merasa harus memahami. Gadis itu menunduk semakin dalam, Isak sedunya ia redam, Tidak ingin terlihat muram Demi menjaga hati yang yang pernah menemaninya setiap malam. Gadis itu menitip pesan, Agar ia dimaafkan. Karna bukan maksudnya meninggalkan, Apalagi mencipta perpisahan. Ia pergi, Bukan karna tak peduli, Bukan dengan niat menyakiti, Hanya saja ia masih sibuk dengan dirin...

Jatuh Cinta

Gambar
“Apa lo liat-liat gue? naksir ya?” Tanya Milli jahil ketika mendapati Gilang yang tidak lepas menatapnya. Gilang tersentak mendengar seruan spontan Milli yang tiba-tiba mengalihkan pandangannya sehingga memergokinya yang sedang memperhatikan Milli, “Apaan sih lo, ngagetin aja. siapa juga yang lagi liatin lo? Gr banget, males.” “Halah, ngaku aja deh. berasa kali dari tadi diliatin.” Seru Milli sambil menampar pelan pipi Gilang. “Kalo iya, gimana Mil?” “Hah? Iya gimana maksudnya?” Milli terkejut dengan respon Gilang yang nada suarnaya berubah lembut, salah satu tanda ia sedang berbicara serius. “Ya, iya. Kalo gue naksir beneran sama lo, gimana?” Kali ini bukan hanya suara, namun juga mimik wajah Gilang yang berubah menjadi serius. “Ngomong apaan sih lo.” Milli membuang pandangannya ke lampu-lampu yang berpendar kecil di hadapannya sambil bingung bagaimana harus menutupi jantungnya yang berdetak sangat cepat hingga rasanya ingin keluar. “Mil, wajar dong? Gue ...

Jakarta Mendung.

Gambar
Jakarta mendung. Bukan berarti ia ikut bingung, Atau murung. Hanya rindunya yang sudah tidak terbendung, Jakarta merindu Bandung. Daun-daun bergemerisik, Saling berbisik. Dalam lirih, Mereka menyuarakan perih. Ia tergugu. Asanya terganggu. Pikirannya terbelenggu Hatinya meragu. Jika ada yang mampu memahami, Maka hatinya semakin meyakini. Ketika ada yang meracau, Justru hatinya semakin risau. Ia menyendiri. Menikmati permainan sendiri. Ia berusaha, Menggedor pintu agar terbuka. Baginya setelah jika , Tidak selalu maka. Ia mencintai tanpa karena. Sayang, Hari semakin petang. Sementara senja tidak juga datang. Ia hanya menginginkan pulang. (source: weheartit.com)