Gadis itu diam terbelenggu. Ragu, terus saja menderu, Menggerus hatinya, menambah pilu. Lidahnya kelu, mengucap apapun ia sudah tidak mampu. Di sekelilingnya, Mereka menggemakan tawa. Yang kerap gadis itu lakukan juga, Meski tidak menikmatinya. Tidak ada yang mampu mendengarnya, Bahwa ia menangis tanpa suara. Orang-orang itu tidak mampu sabar, Justru menambah gentar. Orang-orang itu tidak pernah sadar, Ada getir dalam tawa yang bergetar. Asik dengan asumsi, Tanpa berusaha mengerti. Sibuk dengan kesimpulan yang dibuat sendiri, Tanpa merasa harus memahami. Gadis itu menunduk semakin dalam, Isak sedunya ia redam, Tidak ingin terlihat muram Demi menjaga hati yang yang pernah menemaninya setiap malam. Gadis itu menitip pesan, Agar ia dimaafkan. Karna bukan maksudnya meninggalkan, Apalagi mencipta perpisahan. Ia pergi, Bukan karna tak peduli, Bukan dengan niat menyakiti, Hanya saja ia masih sibuk dengan dirin...