Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

The Man

Gambar
Harusnya gue udah tidur. Masuk ke alam mimpi, malah harusnya udah mimpi part 3. But the fact is i’m still widely awake. Tatapan Laras tadi bener-bener ngga bisa pergi dari pikiran gue. Salah gue juga, sih, pake bawa-bawa masa lalunya dia. “Why don’t you try to make peace with your past and start to loving someone with your heart?” Kalimat yang gue ucapin sendiri kembali bergema di otak gue. Gema. Ah, nama itu yang sekarang ngebuat Laras jadi begini. No need to think about it, sih. Udah lewat juga. Sekarang adalah gimana supaya Laras berhenti ngambek sama gue. “I think you know me, but you actually dont.” Adalah balasan Laras dari kata-kata gue sebelumnya, yang bikin dia ngeliatin gue dulu beberapa menit dengan tatapan yang... i can’t even find a good word to explain her stares. It was mixed of gloomy, angry, tapi juga sekaligus kayak kosong dan ngga ngerti gue lagi ngomongin apa. Pusing ngga sih? Sama, gue juga. Bertahun-tahun gue sahabatan sama dia, baru se...

The Woman

Gambar
Siang ini aku tertawa melihat sebuah pesan yang datang bersamaan dengan sebuah bucket bunga. Isi pesannya, “ Don’t leave. Without you, I can’t live.” Wow. I should be very happy, right? Semua teman kantorku, terutama wanita, melirik ku dengan pandangan iri. But, am i happy? Justru aku geli. Geli membayangkan bahwa tanpa aku dia benar-benar tidak bisa hidup. Memangnya, aku ini jantung yang memompa aliran darahnya? Atau justru aku darah yang mengaliri seluruh tubuhnya? Atau aku ini partikel udara yang ia butuhkan agar mampu bernapas? There was time when i’d very glad and happy everytime i get surprise like this. Who doesnt love surprise, anyway? Tapi sekarang rasanya tidak. Terlalu tidak masuk akal. Lagian, dia kayaknya tau mau aku putusin minggu depan ya? Hahaha. *** “Terus dia ngirimin gue bunga ke kantor, Kal. Hahahaha. Terus semua temen seruangan gue langsung heboh, deh, nanya itu dari siapa dan sibuk ngeluh ngiri. Padahal guenya mah bias...

Tertawa Sendu

Gambar
Rintik-rintik hujan yang agak membasahi tubuhku kini membuatku berlari kecil untuk segera sampai di rumah. Sesampai di rumah aku segera membersihkan diri lantas menghangatkan tubuh dengan coklat panas kesukaanku dan masuk ke dalam selimut dengan warna faforitku. Dua kali aku sesap coklat panasku ini, tiba-tiba aku tersentak kala bayang wajahmu mampir di pikirku. Sayang, malam itu kita tertawa seru di pelataran toko yang sudah tutup. Menertawai hujan yang tidak kunjung berhenti, menertawai semua omonganmu yang selalu membuatku tertawa tanpa henti. “Di, kamu pengen punya istri yang kayak gimana?” “ Ih, kok kamu nanyanya gitu? Udah siap emang jadi istri aku?” Kamu bertanya balik sambil mengusap kepalaku lembut. “Nanya ajaaa.” “Hmm, aku mau yang bisa ada terus untuk aku.” Percakapan selanjutnya tidak ingin aku ingat, terlalu memalukan. Namun kalimatmu yang itu, selalu terngiang di kepalaku. Kamu benar-benar menjadikan aku menjadi ada terus untukmu. Pernahkah k...

Ketika.

Gambar
Ada masanya, ketika segalanya terasa baik-baik saja, tapi tidak. Kamu tidak merasa segalanya baik-baik saja. Ada yang salah, sesuatu, yang kamu pun tidak mengerti apa. Ada masanya, ketika kamu merasa sendirian, tepat ketika di sekitarmu adalah mereka yang selama ini menemanimu berjuang. Bukan, bukan salah mereka. Mereka ada, mereka selalu ada. Tapi rasa sendiri mu tidak juga hilang, entah kenapa. Ada masanya, ketika berbagai pertanyaan kehidupan datang menyerang. Dan, tentu, kamu tidak memiliki jawaban. Lalu kamu hanya ingin diam, merenung sebentar, merenungi berbagai pilihan dan keputusan yang sudah kamu buat. Namun tidak, sang waktu tidak memperbolehkannya. Kamu dibuat berpikir, merenung, sekaligus sambil mengerjakan bagian dari pilihan yang sedang kamu renungi itu. Adakah yang mampu kamu salahkan? Tentu tidak. Ada masanya, ketika ragu mulai menghantui pilihan dan keputusan. Ketika berbagai pertimbangan mulai masuk ke dalam pikiran. Adakah yang mam...

Salam Sayang.

Gambar
Kamu bilang kamu sayang, Lantas mengapa rasanya hanya aku yang berjuang? Katamu kamu cinta, Nyatanya ini terasa sia-sia. Katanya kamu ingin dengaku, Lalu mengapa perlahan kamu melepas genggamanmu? Hujan mengantar pesanmu, Katanya, kamu rindu. Rindu siapa? Dia yang bodoh dan mau melakukan apa saja demi kamu dan cintanya? Tunggu sajalah esok lagi, Dia juga pasti datang kembali. Aku juga menyampaikan salam lewat hujan, Semoga sampai, ya! Tidak banyak, Hanya, Salam sayang. Untuk siapa? Siapa saja, lah. Bohong, deng. Pada kamu, lah. Yang selalu aku usahakan bahagianya, Meski untuk menemuiku pun kamu enggan. (source: weheartit.com)

Bersama, Meski Tidak Berdua

Gambar
“Apa kabar, Ra?” Lira tersenyum mendengar pertanyaan Pram. “Setelah 3 tahun, yang kamu pertama kali tanya, apa kabar, Pram?” Air muka Pram terkejut mendengar pertanyaan retoris Lira. “Aku baik. Kalau memang pertanyaanmu butuh jawaban. Kamu sendiri gimana?” Belum benar-benar sembuh dari keterkejutannya, Pram memaksakan senyum, “Aku juga baik.” “Permisi, satu hot green tea ?” Seorang pramusaji menghampiri meja. “Iya, mas. Disini.” Lira menunjuk meja yang kosong di hadapannya, “Makasih.” Tambahnya lagi setelah pramusaji itu meletakkan minuman hangatnya. “ Green tea? Sejak kapan kamu suka teh yang kata kamu rasa daun itu?” “Hmm, sejak 2 tahun lalu kayaknya.” “Emang udah ngga kayak daun rasanya sekarang?” Pram meledek Lira. “Masih! Aku cuma minum green tea disini kok. Di tempat lain ngga.” “Oh gitu.” Suasanya yang sudah mencair, kembali canggung. Pram menghirup kopi panasnya, berharap aroma kopi yang masih menguar mampu mengurangi rasa g...